Akankah Pemerintah Indonesia Menerapkan HERD IMMUNITY??? Resiko Dan Dampaknya Seperti Apa???
Akankah Pemerintah Indonesia Menerapkan HERD IMMUNITY???
Resiko Dan Dampaknya Seperti Apa???
Oleh : Agus Rahmawan
Merebaknya penyebaran virus corona Covid-19 semakin mengkhawatirkan masyarakat dunia. Kondisi ini menyebabkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah ini menjadi pandemi global.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan, pemerintah saat ini belum sepenuhnya bisa mengendalikan wabah Covid-19. Bahkan setiap harinya tim gugus percepatan penanganan covid-19 mempublikasikan jumlah terupdate dampak yang terkena akibat virus covid-19 di seluruh Indonesia dan sampai saat ini yang terkena positif virus covid-19 terus bertambah setiap harinya.. Berbagai upaya pencegahan dan himbauan dari pemerintah telah di lakukan... KARANTINA,ISOLASI MANDIRI,PSBB,SOSIAL DISTANCING atau PYHYSICAL DISTANCING,,PELARANAGAN MUDIK,, BANTAUAN SOSIAL DLL di berlakukan demi keselamatan masyarakat.. Namun menurut saya itu sulit di lakukan karena melihat masih banyaknya masyarakat Indonesia bandel-bandel, Negara kepulauan dengan jumlah penduduk terbanyak ke 4 di dunia dengan karakter,watak dan tabiatnya yang berbeda-beda akan sulit untuk di tertibkan,,, Jikalaupun dipaksakan untuk di tertibkan justru menimbulkan terjadinya gesekan dan konflik.
Pada kasus virus Covid-19, sampai saat ini memang belum ditemukan vaksin atau obat yang dapat menangkal penyebarannya.. Maka dari itu pemerintah pelan-pelan mengeluarkan statmen masyarakat harus bisa hidup berdampingan dengan virus covid-19, harus bisa beradaptasi dan berdamai dengan wabah virus covid-19 ini, kemudian Pemerintah mengizinkan warga berusia 45 tahun ke bawah untuk kembali beraktivitas meski pandemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya agar warga berusia produktif tidak kehilangan mata pencaharian. Namun, sebagian orang menilai keputusan ini sebagai pintu masuk dalam teori herd immunity. Ini bukanlah hal bagus.
Di samping status wabah Covid-19 ini, muncul istilah Herd Immunity dalam dunia kesehatan sebagai upaya perlindungan diri atau imunitas tubuh....!!!!
JADI APA ITU HERD IMMUNITY...??
Istilah Herd Immunity naik pada pencarian di
Google dan menjadi trends pada Senin, 23 Maret 2020. Dilansir dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Herd immunity atau kekebalan kelompok (komunitas) adalah upaya menghentikan laju penyebaran virus
dengan cara membiarkan imunitas alami tubuh. Sehingga, daya tahan atau imunitas
diharapkan akan muncul dan virus akan reda dengan sendirinya. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr dr Sally A Nasution, SpPd, K-KV, FINASIM,
FACP.
Sedangkan menurut Centers for Disease Control
and Prevention (CDC), Herd Immunity didefinisikan sebagai situasi atau keadaan
di mana semakin banyak masyarakat dalam suatu lingkungan sosial memiliki
tingkat kekebalan tinggi terhadap penyakit menular yang dapat menghambat hingga
memutus proses penyebarannya virus dari orang, seperti dilansir dari Health.
“Pada kondisi terinfeksi virus, tubuh kita otomatis membentuk
antibodi. Siapa yang akan membentuk antibodi? Yaitu orang-orang yang
imunitasnya baik, pada usia produktif sekitar 18-50 tahun,” tutur Sally kepada Kompas.com beberapa waktu lalu. Namun, tidak semua orang usia produktif memiliki imunitas yang
baik. Kelompok ini juga tidak terlepas dari risiko kemungkinan perburukan yaitu
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Pada kenyataannya, Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona
jenis SARS-CoV-2 bisa berakibat fatal terhadap usia tersebut.
Berdasarkan data hingga April 2020, 60 persen pasien Covid-19 di
beberapa wilayah dunia masuk dalam kelompok produktif. Antara lain di Amerika
Serikat, Kanada, dan Eropa. Pada kesempatan berbeda, Dosen Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr Panji
Hadisoemarto MPH, menyebutkan herd immunity merupakan konsep kekebalan terhadap
penyakit yang dipakai untuk level populasi. Namun, belum ada bukti klinis bahwa seseorang yang telah
terinfeksi Covid-19 memiliki kekebalan terhadap virus SARS-CoV-2.
“Pengetahuan kita tentang respon kekebalan tubuh terhadap
Covid-19 belum lengkap,” tutur ia.
Para ahli memerkirakan untuk menghentikan penyebaran virus corona sebanyak 40-70 persen dari populasi perlu kebal. Sementara itu herd immunity juga bisa dihentikan dengan vaksinasi. Sayangnya saat ini belum tersedia vaksin untuk virus corona. Para ahli memperkirakan dibutuhkan sekitar 18 bulan untuk mengembangkan vaksin virus corona. Ini juga dapat dicapai secara alami karena ketika orang terinfeksi lalu pulih, dia akan kebal terhadap infeksi. Ini berfungsi jika kemungkinan infeksi ulang rendah atau idealnya nol. Di China tengah diteliti seberapa banyak orang terinfeksi ulang. Beberapa menunjukkan bahwa ada orang-orang yang bisa terinfeksi lagi setelah mereka sembuh. Ahli biostatistik di University of Florida spesialis penyakit menular Natalie Dean mengatakan satu-satunya cara aman mendapatkan herd immunity adalah dengan vaksin. Sementara itu cara lain di atas terlalu berisiko.
Mengapa terlalu berisiko? dan dampaknya seperti apa?
1. Informasi minim
Saat ini masih belum jelas seberapa menular virus corona baru ini dan seberapa parah itu dapat memengaruhi demografi yang berbeda. Dikutip Independent (3/3/2020), juru bicara WHO Margaret Harris menyatakan ilmuwan belum cukup tahu tentang ilmu virus tersebut dan belum cukup lama di populasi manusia. Sehingga para ilmuwan belum bisa memastikan apa yang dilakukan virus corona terhadap imun tubuh. Termasuk kemungkinan seseorang yang sudah sembuh bisa menularkan penyakitnya lagi. Jika hal ini terjadi herd immunity tidak dapat bekerja
2. Dapat menimbulkan kematian
Dengan membuat banyak orang terinfeksi, kemungkinan meningkatnya angka kematian juga tinggi. Misalnya diambil 70 persen dari total populasi untuk sengaja diinfeksi. Dari jumlah tersebut tidak semuanya berusia muda. Ada juga orang tua. Padahal orang tua termasuk golongan rentan. Menurut WHO, orang tua atau orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, seperti diabetes atau kanker paru-paru rentan terinfeksi oleh virus corona. Orang tua atau lansia berisiko sakit parah jika terinfeksi. Hal itu karena kekebalan mereka yang lebih rendah dibanding kelompok usia lainnya. Dilansir Science Alert (30/3/2020), perkiraan tingkat kematian infeksi Covid-19 sekitar 0,5-1 persen. Jika 70 persen dari seluruh populasi jatuh sakit, itu berarti bahwa antara 0,35-0,7 persen dari setiap orang di suatu negara bisa mati akibat bencana.
3. Ada kemungkinan jadi penyakit musiman
Menurut Koresponden Kesehatan The Independent Shaun Lintern, saat ini tidak ada peluang kekebalan terhadap kawanan virus corona. Sebagai virus baru, tidak ada yang memiliki kekebalan terhadapnya. Sehingga setiap manusia rentan terhadap virus. Herd Immunity hanya akan berlaku setelah sebagian besar orang memilikinya dan bertahan hidup sehingga tubuh mereka menciptakan antibodi terhadap virus. "Ada juga risiko virus corona menjadi musiman seperti flu yang akan bermutasi setiap musim. Karena itu herd immunity tidak bisa ikut bermain," ujar Lintern
4. Memerlukan kesiapan medis
Saat ini berbagai negara tengah melaporkan kekurangan Alat Pelindung Diri (APD) dan kekurangan ruang untuk merawat di rumah sakit. Jika makin banyak orang yang terinfeksi di suatu negara, maka perlu kesiapan medis juga. Negara-negara miskin seperti di Afrika akan sangat terpukul, karena tidak dapat memenuhinya jika menjalankan skenario herd immunity. Dilansir Science Alert, dengan perkiraan sekitar 10 persen saja dari total populasi dirawat di rumah sakit, itu akan berimplikasi besar bagi negara.
Sumber:
Komentar
Posting Komentar